Review Jurnal
Nama : Rania Cundamanik Wisand
Mata
Kuliah : Sejarah Asia (A)
Tanggal : Sabtu, 12 Oktober 2019
Judul : Isu Keamanan di Semenanjung Korea dan Upaya Damai Parlemen Vol.7 No. 1 (2016)
Penulis : Simela Victor Muhammad
Tema : Politik
Judul : Isu Keamanan di Semenanjung Korea dan Upaya Damai Parlemen Vol.7 No. 1 (2016)
Penulis : Simela Victor Muhammad
Tema : Politik
Isu
Keamanan di Semenanjung Korea dan Upaya Damai Parlemen
Oleh
Simela Victor Muhammad
Abstrak
:
Semenanjung Korea adalah kawasan
strategis di Asia Timur yang masih nmenghadapi persoalan keamanan, akibat
terbaginya menjadi dua negara dan akibat isu nuklir Korea Utara yang
menimbulkan kecemasan negara-negara di sekitarnya. Ketegangan juga kerap
terjadi di kawasan ini akibat aksi manuver militer dari masing-masing negara
yang saling ‘berlawanan’ satu sama lain. Ketegangan di Semenanjung Korea
menimbulkan keprihatinan internasional karena berimplikasi luas terhadap stabilitas
kawasan. Situasi keamanan di Semenanjung Korea yang tidak stabil berpotensi
menimbulkan konflik terbuka, jika tidak ada upaya untuk mengatasinya. Parlemen
sebagai bagian dari masyarakat internasional dan dalam kerangka diplomasi
multi-jalur, seharusnya dapat mengambil peran dalam mendukung upaya damai di
kawasan tersebut melauli diplomasi parlemen. Melalui studi kepustakaan, esai
ini membahas upaya damai parlemen atas masalah keamanan di Semenanjung Korea,
trutama dalam kerangka pelkasanaan diplomasi parlemen APPF (Asia Pacific Parliamentary Forum). Baik yang dilakukan
secara kelembgaan maupun individual anggota parlemen.
Pendahuluan
:
Keamanan suatu kawasan sudah menjadi
salah satu hal yang penting bagi suatu negara, khususnya negara-negara di
kawasan tertentu terdapat persoalan tentang keamanan kawasan yang cukup
mengganggu dan terkandung potensi konflik di dalamnya. Negara dengan keadaan
yang terbebas dari berbagai permasalahan di dalam negara ataupun kawasannya
pasti sudah menjadi harapan bagi semua masyarakat yang ada di dunia, karena
dengan terlepasnya dari permasalahan keamanan, negara serta kawasannya dapat
lebih fokus ke arah pembangunan negara atau juga memperluas hubungan
internasional dengan negara atau kawasan lain. Kondisi yang ideal seperti ini
sepertinya belum terlihat di kawasan Semenanjung Korea, persoalan keamanan
masih menjadi persoalan yang serius di negara-negara yang ada di kawasan ini.
Keadaan di Semenanjung Korea masih
belum kondusif, jika dibiarkan seperti ini terus menerus dan tidak ada
inisiatif untuk berdamai maka akan membuat makin banyak konflik-konflik yang
terjadi kedepannya dan dapat membahayakan serta serta mengancam keamanan
kawasan. Hal ini seharusnya sudah menjadi masalah serius bagi pemerintahan dan seharusnya
sudah mengambil bagian untuk mencari dalam upaya solusi perdamaian atas yang
terjadi di Semenanjung Korea. Namun sayangnya, pemerintahan sepertinya belum
bisa mencari serta memutuskan dalam penanganan masalah yang terjadi di
Semenanjung Korea tersebut.
Pembahasan :
1.
Situasi Keamanan di Semenanjung Korea
Sebelumnya mungkin terdapat pembaca yang belum
mengetahui awal dari terjadinya permasalahan ini. Penyebab awalnya yang
melatarbelakangi adalah konflik antara Korea Utara dengan Korea Selatan serrta
isu nuklir Korea Utara yang belum tuntas dan disepakati penyelesaian damainya.
Konflik Korea terjadi setelah Perang Dunia II berakhir yang membuat Korea
terbelah menjadi dua negara, tepatnya pada 1948, ketika Uni Soviet dan Amerika
Serikat yang bersepakat membagi wilayah Korea menjadi dua yaitu Korea Utara dan
Korea Selatan. Pemisahan Korea menjadi dua ini memang tidak dapat dipisahkan dari
konflik ideologi Liberal-Demokratis dan Komunis-Sosialis antara Blok Barat yang
dibawahi oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dibawahi oleh Uni Soviet. Hal
ini kemudian memunculkan ketegangan di antara kedua negara Korea tersebut.
Ketegangan kali pertama terjaddi
pada 25 Juni 1950 ketika militer Korea Utara menyebrangi perbatasan dan
melakukan invasi atas Korea Selatan. Tindakan ini memulai Perang Korea yang
berlangsung selama tiga tahun, mengakibatkan lebih dari dua juta orang tewas,
merusak infrastruktur dan perekenomian negara, serta meninggalkan keretakan
yang lebar di antara sesama orang Korea. Perang Korea berakhir pada 27 Juli
1953 saat Amerika Serikat, China dan Korea Utara menandatangi persetujuan
gencatan senjata dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat zona penyangga
selebar tiga mil di antara kedua negara yang kemudian dikenal dengan Zona
Demiliterisasi. Presiden Korea Selatan, Syngman-Rhee, menolak menandatangani
persetujuan itu, namun ia berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata.
Ini artinya, Perang Korea belum berakhir secara resmi hingga saat ini, dan
tidak mengherankan jika kemudian ketegangan masih mewarnai perjalanan hubungan
di antara kedua Korea. Ketegangan bertambah karena program nuklir Korea Utara yang tidak transparan telah menimbulkan
kecemasan masyarakat internasional karena dianggap dapat mengancam stabilitas
dan keamanan kawasan.
2.
Upaya Damai Parlemen
Situasi keamanan di Semenanjung
Korea sudah pasti membutuhkan perhatian dari pemerintahan, setidaknya hal itu
menjadi bagian dari agenda sidang sidang forum antar parlemen khususnya saat
membahas isu keamanan kawasan. Dalam sidang-sidang forum antar pemerintahan
dibahas sejumlah isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat internasional. Hal ini
mengartikan bahwa seharusnya pemerintahan juga harus peduli dan menaruh
perhatian besar atas permasalahan ini. Dengan demikian, antara parlemen dan
pemerintah akan terbangun sinergitas dalam upaya mencari solusi suatu
permasalahan.
Upaya damai parlemen atas isu
keamanan di Semenanjung Korea, sebagaimana dikemukakan di atas, dilakukan
melalui forum antar-parlemen dan APPF sejauh ini menjad forum antar-parlemen
yang paling serius menyikapinya. Hal ini terlihat dari seringnya isu keamanan
kawasan tersebut dibahas dalam sidang tahunan APPF. Dibahasnya isu keamanan di
Semananjung Korea oleh APPF adalah sangat lumrah, mengingat organisasi
antar-parlemen yang secara resmi dibentuk pada 1993 di Tokyo dan beranggotakan
27 parlemen nasional negara-negara yang juga di dalamnya juga mencakup parlemen
negara-negara Asia Timur, dimana situasi keamanan di Semenanjung Korea
bersentuhan langsung dengan kepentingan nasional mereka. Beberapa kali APPF
mengadakan sidang untuk memeberitahu kesungguhan tentang isu keamanan di
Semenanjung Korea tetapi belum menemukan solusi yang tepat. Aktivitas diplomasi
dilakukan anggota parlemen, sejauh ini memang masih sebatas membangun komitmen
antara anggota parlemen negara-negara APPF untuk mendukung upaya pencarian
solusi damai atas masalah keamanan di Semenanjung Korea.
Tampilnya Kim Dae-jung sebagai
presiden Korea Selatan (1998-2003) dengan kebijakan Sunshine Policy-nya, kembali membuka dialog di antara kedua negara
Korea. Melalui Sunshine Policy, Kim
Dae-jung mencoba untuk mengikutsertakan Korea Utara di dalam setiap kerjasama
ekonomi dan berusaha keras untuk lebih menciptakan suasana damai, rukun dan
menuju kerjasama antar negara Korea daripada hubungan yang tertekan dengan
konflik. Puncaknya adalah pertemuan bersejarah antara kedua pemimpin Korea, Kim
Dae-jung dan Kim Jong-il, yang berlangsung pada Juni 2000 di Pyongyang. Hubungan
hangat kedua Korea berlanjut pada masa pemerintahan Roh Moo-hyun (2003-2007)
yang menjalankan kebijakan yang hampir sama dengan pandahulunya. Hal ini
dimanfaatkan oleh parlemen kedua negara untuk kembali menjalin komunikasi yang
lebih intens guna mendukung program reunifikasi Korea yang ditandai dengan
kedatangan kunjungan delegasi Korea Selatan ke parlemen Korea Utara untuk
pertama kalinya pada bulan Agustus 2005.
Memang tidak mudah bagi parlemen
Korea selatan mengajak Korea Utara untuk bertemu dan membicarakan upaya
perdamaian di tengah-tengah perbedaan ideologi dan sistem politik kedua negara
serta ketegangan yang kerap terjadi di kawasan Semenanjung Korea. Meskipun demikian,
upaya yang dilakukan Korea Selatan untuk mendekatkan hubungan antar-Korea dan
mengajak dialog mitranya dari Utara, patut dicatat sebagai langkah konstruktif
untuk mendukung tercapainya solusi damai atas masalah keamanan di Semenanjung
Korea.
Kesimpulan :
Masalah keamanan kawasan yang belum
terlihat solusi damainya menjadi keprihatinan masyarakat internasional,
mengingat implikasinya terhadap stabilitas kawasan. Semananjung Korea merupakan
salah satu kawasan yang hingga kini masih menghadapi persoalan keamanan sebagai
akibat dari belum dicapainya kesepakatan damai antara Korea Utara dan Korea
Selatan, dan isu nuklir Korea Utara yang menimbulkan kekhawatiran
internasional, khususnya negara-negara di sesama kawasan. Berbagai upaya damai
telah dilakukan untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi damai atas
masalah keamanan di Semenanjung Korea, namun upaya damai tersebut belum
membuahkan hasil karena ketidakpercayaan masih kuat menghinggapi para pihak
yang saling “berlawanan”. Tidak mengherankan jika kemudian aktivitas propaganda
dan retorika bernada permusuhan di antara pihak yang saling berlawanan terus
berlangsung, termasuk aktivitas manuver militer, sebagaimana yang terjadi
belakangan ini.
Tidak mudah bagi parlemen untuk
melakukan akivitas diplomasi dalam kerangka pencarian solusi damai atas masalah
keamanan kawasan tersebut, mengingat kompleksitas permasalahannya, termasuk
ketika parlemen negara-negara APPF, diantaranya parlemen Korea Selatan,
dihadapkan pada upaya membangun komunikasi politik dengan parlemen Korea Utara
yang tertutup dan di bawah pengaruh rezim Pyongyang yang otoriter. Meskipun demikian,
diplomasi parlemen harus tetap menjadi bagian dari upaya pencarian solusi damai
atas masalah keamanan di Semenanjung Korea, seperti halnya yang dilakukan APPF.
Upaya damai parlemen memang tidak ditujukan untuk mengatasi secara langsung
persoalan keamanan kawasan tersebut, tetapi lebih ditujukan pada upaya untuk
mendukung dan melengkapi diplomasi yang selama ini dijalankan pihak pemerintah
(eksekutif).
Kekurangan :
·
Terdapat beberapa penanggalan yang
kurang jelas
· Beberapa tulisan masih ada kesalahan (Typo)
Kelebihan :
·
Terlepas dari tanggal, penjelasan sangat jelas
· Penulisan singkatan-singkatan dijelaskan secara jelas seperti APPF (Asian Pacific Parlimentary Forum)
Sumber
: https://jurnal.dpr.go.id
Mungkin untuk scoop temporalnya bisa dicantumkan, untuk mempermudah penulisan dan batasan dalam kajian. Terimakasih.
ReplyDeleteBaik, terimakasih atas sarannya
DeleteIsinya cukup menarik karena yang dibahas merupakan masalah yang masih diperbincangkan sekarang. Saya juga mau tanya apa korea utara dapat dikatakan bangsa tertinggal meski punya kekuatan yang mematikan dari nuklirnya karena masih anti barat dan untuk perbandingan saya melihat korea selatan lebih maju dengan pengaruh barat.
ReplyDeleteKorea Utara dapat dikatakan sulit mendapatkan harta benda dan masih dirundung kemiskinan, tetapi di sisi lain mereka bisa menikmati waktu dengan keluarga dan juga antara satu sama lain sangat dekat, yang menurut mereka berbeda dengan yang terjadi di Korea Selatan meskipun Korea Selatan dianggap sebagai negara kaya dan maju
DeleteApakah ketegangan antara korea selatan dan utara terjadi sampai saat ini? Dan apakah terjadinya konflik antara korea selatan dan utara juga timbul karena adanya pengaruh bangsa barat?
ReplyDeleteKalau ketegangan mungkin masih ada hingga sekarang dan untuk penyebab awalnya memang akibat dari Perang Dunia II yang membagi korea menjadi dua negara yang membuat menjadi adanya rasa tidak terima seperti contohnya pada saat Desember 1948 telah diputuskan bahwa Korea Selatan menjadi satu-satunya pemerintahan yang sah, yang justru membuat Korea Utara menjadi semakin membenci Korea Selatan dan masih terdapat keputusan-keputusan lain yang membuat Korea Utara dan Korea Selatan meneggang
DeleteApakah perbedaan ideologi dari Korut dan Korsel menjadi benturan yang sangat mendasari konflik kedua negara ini, dilihat dari sejarahnya pemhapenUni Soviet dan AS terhadap kedua negara tsb ? Thanks
ReplyDeletePengaruh maksudnya
DeleteAkibat PD II, Korea dibagi menjadi dua wilayah dengan yang membawahi pada blok barat dibawahi oleh Amerika Serikat dan blok timur dibawahi oleh Uni Soviet yang juga berakibat menjadi memiliki ideologi yang berbeda juga. Ideologi yang berbeda ini mendasari arah pandangnya, jadi karena memang pada awal terbagi dua wilayah dan dibawahi dengan yang memiliki ideologi berbeda jadi dapat dikatakan bahwa konflik itu didasari oleh perbedaan ideologi dan akhirnya memberi dampak konflik-konflik seperti yang sudah terjadi
DeleteIsu nuklir Korea Utara yang menimbulkan kekhawatiran internasional, khususnya negara-negara di sesama kawasan.
ReplyDeleteApa upaya yang dilakukan untuk mengurangi Isu tersebut ? agar tidak menuju jenjang Internasional.
Di daerah semenanjung Korea situasi sangat tidak stabil. Upaya apa yang di lakukan agar sistem keamanan biar aman?
ReplyDelete